Waliyulloh dan Waliyus Syaiton dalam Pandangan Ahli Sunnah Wal Jama'ah

Waliyulloh dan Waliyus Syaiton dalam Pandangan Ahli Sunnah Wal Jama'ah 
Oleh: Kharisudin Aqib Al Kelutani. 


 أَلَاۤ إِنَّ أَوۡلِیَاۤءَ ٱللَّهِ لَا خَوۡفٌ عَلَیۡهِمۡ وَلَا هُمۡ یَحۡزَنُونَ , ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ وَكَانُوا۟ یَتَّقُونَ 

[Surat Yunus: 62-63].

Artinya:

Ketahuilah, sesungguhnya para kekasih Allah itu adalah orang-orang yang tidak terbebani oleh rasa takut dan gelisah, yaitu mereka yang pada beriman lagi bertaqwa kepada Allah. 


Pengertian Wali. 


Dalam Islam, istilah "wali" memiliki makna yang luas dan penting. Secara umum, "wali" berarti pelindung, sahabat dekat, atau pemimpin, atau orang yang memiliki kedekatan khusus dengan Allah. Dalam pandangan Ahli Sunnah wal Jama'ah, konsep wali mencakup aspek-aspek spiritual dan sosial yang mendalam.

Konsep Wali dalam Pandangan Ahli Sunnah Wal Jama'ah. 


1. Makna dan Definisi:

   Dalam tradisi Ahli Sunnah wal Jama'ah, seorang wali adalah seorang yang memiliki kedekatan khusus dengan Allah karena ketaqwaan dan ketaatan yang tinggi. Menurut ajaran ini, tidak ada perbedaan mendasar antara wali dan orang-orang saleh yang lain, kecuali tingkat kedekatannya dengan Allah.


2. Ciri-ciri Wali:

   Seorang wali dikenal dengan ketakwaan, kepatuhan terhadap syariat, dan akhlak yang baik. Ciri-ciri ini termasuk:

   Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya: Seorang wali harus mematuhi ajaran Al-Qur'an dan Sunnah secara konsisten.

   Hidup dalam Ketaqwaan: Tindakan sehari-hari seorang wali mencerminkan kepatuhan kepada Allah dan kesadaran akan Hari Akhir.

   Jauhi Perbuatan Dosa: Seorang wali cenderung menjauhi perbuatan yang diharamkan dan menjaga diri dari dosa besar.


3. Derajat Kewalian:

   Ahli Sunnah wal Jama'ah percaya bahwa derajat kewalian tidak bersifat tetap dan bisa berubah tergantung pada tingkat ketaqwaan dan amal ibadah seseorang. Kewalian bukanlah gelar tetap atau warisan, melainkan hasil dari usaha dan ketulusan hati dalam beribadah.


4. Peran Wali dalam Masyarakat:

   Walaupun seorang wali memiliki kedekatan dengan Allah, dalam pandangan Ahli Sunnah wal Jama'ah, mereka tidak memiliki kekuatan supranatural atau kekhususan yang membedakan mereka dari orang-orang saleh lainnya dalam hal kekuasaan atau wewenang. Wali dianggap sebagai contoh dan teladan dalam kehidupan beragama dan sosial, tetapi tidak ada klaim bahwa mereka memiliki kemampuan untuk melakukan mukjizat di luar batas hukum syariat.


5. Kesimpulan:

   Dalam Ahli Sunnah wal Jama'ah, wali adalah individu yang memiliki kedekatan khusus dengan Allah melalui amal saleh dan ketaatan. Konsep ini tidak mencakup praktik atau ajaran yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar Islam seperti yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Sunnah.


Referensi

1. Al-Qur'an: Beberapa ayat yang merujuk pada konsep kewalian adalah Surah Al-Baqarah ayat 257 dan Surah Yunus ayat 62-64.

2. Hadis: Hadis-hadis yang menjelaskan tentang wali dan ciri-cirinya dapat ditemukan dalam kitab-kitab hadis utama seperti Sahih Bukhari dan Sahih Muslim.

3. Kitab-kitab Fiqh: Kitab-kitab fiqh dari madzhab-madzhab Ahli Sunnah wal Jama'ah seperti *Fath al-Qarib* dan *Al-Mughni* juga membahas mengenai kewalian dan kriteria-kriterianya.

4. Literatur Islam: Buku-buku tafsir dan risalah dari ulama Sunni seperti Tafsir Ibn Kathir juga memberikan penjelasan mendalam tentang konsep wali dalam Islam.


Konsep wali dalam pandangan Ahli Sunnah wal Jama'ah menekankan pada kedekatan kepada Allah melalui amal saleh dan ketaatan, tanpa adanya penekanan pada kekuatan atau keistimewaan khusus yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariat Islam.


Selain wali dalam pengertian waliyullah (orang selalu dalam lindungan dan bimbingan Allah), dalam Al Qur'an, juga ada istilah waliyus Syaiton (orang yang selalu dalam lindungan dan bimbingan setan), sebagai mana firman-Nya: 

 ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ یُقَـٰتِلُونَ فِی سَبِیلِ ٱللَّهِۖ وَٱلَّذِینَ كَفَرُوا۟ یُقَـٰتِلُونَ فِی سَبِیلِ ٱلطَّـٰغُوتِ فَقَـٰتِلُوۤا۟ أَوۡلِیَاۤءَ ٱلشَّیۡطَـٰنِۖ إِنَّ كَیۡدَ ٱلشَّیۡطَـٰنِ كَانَ ضَعِیفًا 

[Surat An-Nisa': 76]

Artinya:

Orang-orang yang beriman itu berperang di jalan Allah, sedangkan orang-orang kafir itu berperang di jalan thought , maka perangilah para wali setan itu. Sebenarnya tipu daya setan itu lemah. 


Waliyus Syaiton dalam Al-Qur'an

Dalam Al-Qur'an, istilah "waliyus syaiton" atau "wali setan" merujuk pada individu atau kelompok yang secara aktif mengikuti jalan setan atau bertindak sesuai dengan tujuan dan agenda setan. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang menentang ajaran Allah dan kebenaran Islam. 


Pengertian dan Konteks. 


1. Pengertian Umum:

Dalam bahasa Arab, "wali" berarti teman dekat atau pendukung. Sementara itu, "syaiton" adalah kata untuk setan. Jadi, "waliyus syaiton" berarti teman atau pengikut setan, mereka yang mendukung atau mengikuti ajaran dan rencana setan untuk menyesatkan manusia dari jalan yang benar.


2. Referensi Al-Qur'an:

Dalam Al-Qur'an, Allah mengidentifikasi waliyus syaiton dalam beberapa ayat sebagai mereka yang mendukung kebatilan dan menolak kebenaran. Beberapa ayat yang relevan termasuk:


- Surat Al-Ankabut (29:38): "Dan Kami juga menimpakan kepada mereka (orang-orang kafir) siksa yang keras, dan mereka tidak memperoleh pertolongan dari selain Allah." Ayat ini menunjukkan bahwa mereka yang tidak mengikuti jalan Allah akan mengalami kesulitan dan tidak akan mendapat perlindungan.


- Surat Al-Jinn (72:27-28): Ayat-ayat ini menggambarkan bagaimana setan dan pengikutnya tidak memiliki pengetahuan yang benar dan mengandalkan dugaan untuk menyesatkan manusia. "Hanya Allah-lah yang mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." Ayat ini menegaskan bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, dan setan serta pengikutnya tidak memiliki pengetahuan yang benar.


- Surat Al-Baqarah (2:168-169): "Wahai manusia, makanlah yang baik lagi halal dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu." Ayat ini mengingatkan umat Islam untuk tidak mengikuti jalan setan, yang jelas merupakan musuh bagi manusia.


3. Karakteristik Waliyus Syaiton:

Dalam Al-Qur'an, waliyus syaiton digambarkan sebagai mereka yang cenderung melakukan kejahatan, menolak kebenaran, dan mengabaikan petunjuk Allah. Mereka sering disebut sebagai:

- Orang-orang kafir atau musyrik yang menolak ajaran Islam.

- Pengikut kebatilan yang menyebarkan ideologi dan praktik yang bertentangan dengan ajaran Allah.

- Pihak-pihak yang menyebarluaskan fitnah atau kesesatan dan menyesatkan orang lain dari jalan kebenaran.


Kesimpulan


Dalam Al-Qur'an, waliyus syaiton adalah istilah untuk menggambarkan orang-orang atau kelompok yang mengikuti atau mendukung agenda setan, yang berusaha menyesatkan manusia dari jalan Allah. Al-Qur'an mengajarkan umat Islam untuk waspada terhadap pengaruh negatif ini dan selalu berpegang pada petunjuk Allah agar terhindar dari kesesatan dan dapat menjalani hidup sesuai dengan ajaran-Nya.

Read more…

SHOLAWAT ULUL ALBAB