Hikmatut Tasyrik, Puasa Ramadhan
Oleh: Kharisudin Aqib.
{ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَیۡكُمُ ٱلصِّیَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِینَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ }
[سُورَةُ البَقَرَةِ: ١٨٣]
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, telah ditetapkan sebagai kewajiban bagi kalian berpuasa (Romadhon), sebagai mana telah ditetapkan sebagai kewajiban bagi orang-orang yang sebelum kalian agar kalian bertaqwa.
Dari ayat 183 surat Al Baqarah tersebut, kita mendapatkan informasi bahwa puasa sudah menjadi kewajiban bagi umat manusia sebelum masa kerasulan Nabi Muhammad Saw. Hanya saja kita tidak tahu persis, bagaimana cara dan bentuk puasa umat-umat terdahulu.
Di samping informasi tentang keberadaan kewajiban puasa bagi kita (umat Nabi Muhammad) dan umat manusia terdahulu, juga informasi tentang tujuan diwajibkannya puasa tersebut, yakni agar kita menjadi orang yang bertaqwa, atau orang yang nurut dan patuh kepada Allah, seperti para malaikat. Dan orang yang nurut dan patuh kepada Allah itu adalah sebagus - bagusnya makhluk (ahsanit taqwim). Bahkan lebih baik daripada malaikat, karena dia lebih sempurna dan lebih mulia. Dengan kata lain, orang yang bertaqwa (Muttaqin) adalah manusia yang berkarakter malaikati.
Sehingga kita bisa memahami dan menghayati betapa pentingnya puasa bagi umat manusia, khususnya kita sebagai umatnya Nabi Muhammad Saw.
Pengertian Puasa
Shiam (puasa) artinya menahan diri (imsak), atau ihram dalam bahasa ibadah ritual (sholat, umroh dan haji).
Sekalipun kita tidak mengetahui dengan pasti keberadaan puasa umat terdahulu, tetapi kita masih bisa mengetahui beberapa macam tradisi puasa umat terdahulu. Seperti: puasa mutih, ngrowot, Pati Geni, puasa ngalong, vegetarian dll.
Sedangkan puasa dalam syariat dan Sunnah Rasulullah Muhammad Saw, menahan diri dari makan, minum dan hubungan seksual mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Disamping juga menahan diri dari semua perbuatan yang menuruti hawa nafsu. Dengan tetap mengunsumsi makanan dan minuman, pada waktu sahur dan berbuka. Sehingga puasa yang kita ikuti sekarang (syariat Islam dan Sunnah Rasulullah Muhammad Saw) adalah model puasa yang paling rasional dan sempurna.
Hakekat Puasa Ramadhan
Pada hakikatnya, puasa merupakan sebuah kurikulum pendidikan kerohanian. Sebuah pendidikan ilahiah untuk mencetak profil Muttaqin, (profil manusia berkarakter malaikati).
Sehingga pelaksanaan program puasa ramadhan merupakan sebuah proses mencetak ulang dan melahirkan manusia dengan profil baru. Seperti halnya, proses penetasan telur atau proses metamorfosis dalam dunia serangga, dari ulat menjadi kupu-kupu. Setidak tidaknya, seperti proses 'topo dan nlungsumi' (ganti kulit pada ular).
Filosofi Puasa Ramadhan.
Puasa di bulan Ramadhan, yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim adalah merupakan pelaksanaan inti kurikulum pendidikan kerohanian Islam. Rasulullah Saw telah memberikan contoh penerapan yang sempurna. Yaitu penerapan tahapan-tahapan pelaksanaan puasa pemanasan (warming up), yaitu puasa bulan Rajab dan sya'ban, puasa inti (puasa ramadhan, juga tiga tahap), sepuluh ke, 1. 2 dan 3. Serta puasa pendinginan (colling down), yaitu puasa awal bulan Syawal. Dengan niat berpuasa, maka secara biologis,(organ tubuh yang terkait) hormonal (kelenjar-kelenjar produksen hormon), dan psikologis (kesiapan sikap mental) untuk kuat dan bertahan.
Berpuasa dengan niat dan tata cara yang benar dalam waktu tertentu akan membentuk karakter tertentu.
Sedangkan puasa di bulan Ramadhan selama satu bulan penuh adalah sebuah paket dan proses penetasan spiritualitas manusia Muttaqin, yang analoginya seperti proses penetasan telur atau metamorfosis ulat bulu kupu-kupu. Pada umumnya, jiwa manusia bersifat kebinatangan (ada yang seperti binatang jinak dan ada yang seperti binatang buas), ada yang seperti iblis, ada juga yang dominan seperti malaikat. Jiwa yang secara dominan seperti malaikat itulah yang menjadi target psikologis puasa ramadhan yang disebut Muttaqin. Praktek puasa Sunnah bulan Rajab dan sya'ban akan sangat berarti untuk mengkondisikan jiwa nyaman dalam berpuasa di bulan Ramadhan. Puasa Rajab dan atau sya'ban merupakan latihan pemanasan untuk puasa ramadhan, sehingga pengamalan puasa bisa terlaksana dengan ikhlas bahkan nyaman. Karena memang puasa ramadhan akan efektif manakala dilaksanakan dengan disiplin dan semangat imaanan wah tisaaban lillaahi ta'ala.
Dengan niat berpuasa... Secara psikologis terjadi proses menahan dalam jiwa dan sistem hormonal, dan dengan itu mulai terjadi sistem pertahanan dalam jiwa dan sistem hormonal yang secara nyata akan melindungi jiwa seseorang yang lama kelamaan menjadi mantel pelindung jiwa sehingga jiwa terproses menjadi profil baru. Yang secara garis besar melalui tiga tahapan. Rahmah, Maghfiroh dan Itqun Munannar. Pada tahap ke tiga, profil jiwa baru telah terbentuk. Sehingga suhu mesin penetas spiritual (personal orang yang berpuasa) harus ditinggikan dengan meningkatkan intensitas peribadahan, khususnya di tanggal-tanggal ganjil pada sepuluh hari ke tiga. Peningkatan 'suhu spiritual' sangat dibutuhkan untuk menjadikan janin ruhani Muttaqin kuat untuk terlahirkan. Malam di mana profil Muttaqin dilahirkan biasa disebut dengan istilah 'lailatul qodar' atau malam agung yang nilai keagungannya lebih agung dari pada seribu bulan.
Muttaqin (orang yang bertaqwa sejati) yang baru terlahirkan tidak boleh tergesa-gesa memasuki 'dunia binatang' sebagai mana biasanya. Dia tidak boleh euforia dengan makanan, minuman dan kehidupan duniawi lainnya. Karena hal tersebut bisa menjadikan "Bayi Muttaqin" bisa sakit, bahkan fatal atau mati. Dan kalau hal tersebut terjadi, maka seseorang akan kembali berkarakter kebinatangan lagi seperti semula bahkan lebih kasar lagi.
Oleh karena itu, Sunnah Rasulullah mengajarkan agar kita melanjutkan berpuasa kembali, mulai tanggal 2 sampai tanggal 7 bulan Syawal, sehingga puasa enam hari di awal bulan Syawal dapat difahami sebagai puasa pendinginan spiritual (colling down), sehingga bayi Muttaqin bisa beradaptasi dengan "dunia kebinatangan ' akhirnya bisa tumbuh menjadi sosok Rijalul Muttaqin, (sosok tokoh orang yang bertaqwa).
Dengan demikian, marilah kita budayakan berpuasa sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Khususnya puasa tgl 2-7 bulan Syawal.
Semoga tulisan ini bisa menjadi sebab masuknya hidayah di dalam hati kita semua.
Walhamdulillaahi robbil 'aalamiin.
Kelutan: 24 Februari 2024.
TTD,
Abdulloh Kharisudin Aqib.
Support Online
Comments[ 0 ]
Posting Komentar