Sang Kyai Sakti
Telah kembali ke hadirat Ilahi Robbi.
Oleh: Kharisudin Aqib.
KH. Za'imuddin Badrus Sholeh, adalah putra pertama KH Badrus Sholeh Arif, pendiri dan pengasuh pondok pesantren Al-Hikmah, pesantren di mana aku mondok selama 6 tahun. Mulai tahun 1980 - 1986.
Beliau mulai menggantikan posisi bapaknya, sebagai pengasuh pesantren tahun 1983, ketika adik-adiknya masih banyak yang kecil-kecil. Tiga orang masih SD; gus Miftah, Gus Arif dan Gus Karim, yang lainnya masih mondok dan kuliah. Seperti Gus Nasrul, Gus Muh dan Gus Dain serta Gus Nasir. Sedangkan Ning Lilik, baru selesai Wisuda S1 di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. beberapa jam sebelum kecelakaan maut menimpa Mbah kyai Badrus bersama Bu nyai dan kedua putranya. Seorang adik kyai Zaim yang sudah menikah baru satu orang, yaitu Gus Wahid (Abdul Wahid Badrus, Mantan Bupati Kabupaten Nganjuk). Dan itupun masih ikut mertuanya, tinggal di Baron Nganjuk, sampai sekarang. Sehingga secara praktis kyai Za'im yang masih sangat muda tersebut harus menanggung beban keluarga dan pesantren sekaligus seorang diri bersama Bu nyai Istibsyaroh. Pesantren dengan tiga lembaga pendidikan formal; MTSN, MAN dan MA Al Hikmah.
Pada masa peralihan pengasuh pesantren, aku lagi kelas 1 Aliyah (tiga setengah tahun mondok), sebagai mantan ketua umum OSIS MTSN, ketika itu aku sudah sangat populer di pondok dan dekat dengan Mbah kyai Badrus, sehingga ketika di MAN saya juga menjadi pengurus OSIS, sekretaris umum, pada tahun berikutnya pengurus pondok, bendahara umum. Sekaligus ketua umum ipka. Sehingga mungkin sedikit lebih mengenal sosok kyai hebat dan kyai sakti almarhum Al maghrullah KH. Za'imuddin Badrus. Yang sangat berjasa dalam penyelamatan pesantren Al-Hikmah dan keluarga besar KH. Badrus Sholeh Arif.
Saya baru mengerti dan memahami, betapa kyai Za'im adalah seorang leader dan seorang kyai yang hebat dan sakti setelah saya juga menjadi orang tua dan pengasuh pesantren.
Kyai Za'im ditinggal wafat sang ayah, saya yakin belum berusia 40 tahun. Dan 7orang adiknya belum ada yang mandiri. Tetapi semuanya bisa berakhir dengan sukses dan bahagia. Pesantren Al-hikmah menjadi lebih besar, dan ke 7 adiknya semua sukses menjadi kyai dan Bu nyai besar yang berpengaruh di masyarakat Kediri dan sekitarnya. Bahkan istri beliau berhasil menjadi Bu nyai yang menjadi guru besar (Prof.Dr. Dra. Hj. Istibsyaroh, MAg), di UIN Sunan Ampel Surabaya, juga pernah menjadi anggota DPR Pusat dan anggota MUI pusat. Sehingga saya yakin kesuksesan kesemuanya tadi tidak terlepas dari kehebatan dan kesaktian seorang pengasuh pesantren, seorang kakak dan seorang suami yang luar biasa. Betapa hebatnya seorang kakak pertama yang ditinggal mati oleh bapak dan ibunya sekaligus tanpa perencanaan. Betapa hebatnya seorang Gus yang ditinggal wafat pendiri dan pengasuh pesantren sebelumnya dengan tanpa persiapan yang matang. Betapa hebatnya seorang kyai yang selalu ditinggalkan oleh istrinya yang untuk menuntut ilmu, meniti karir dan berjuang di dunia akademik, politik dan kemasyarakatan. Semuanya berakhir dengan sukses dan Husnul khatimah... Selamat jalan kyaiku.....
Istana di Surga telah menantikan kehadiran panjenengan.
Do'aku senantiasa menyertai panjenengan.
Sangking Kulo,
Kharisudin Aqib, Kelutan.*Sang Kyai Sakti*
Telah kembali ke hadirat Ilahi Robbi.
Oleh: Kharisudin Aqib.
Hari ini, Ahad; 10 Januari 2021, jam 6-an. Air mata ku tak bisa kubendung lagi atas kembalinya kyai ku. Aku adalah santri pertama beliau yang sampai kini belum sempat berbakti.... dan ternyata sudah ditinggal kembali ke kediaman abadi.... tetapi Alhamdulillah pagi ini saya bisa melihat wajah suci beliau dan memegang kaki beliau sebagai sungkem saya yang terakhir kali, sekaligus turut mensolati beliau yang pertama bersama keluarga besar guru besar saya KH. Badrus Sholeh Arif, pendiri Pondok Pesantren Al-Hikmah Purwoasri Kediri.
KH. Za'imuddin Badrus Sholeh, adalah putra pertama KH Badrus Sholeh Arif, pendiri dan pengasuh pondok pesantren Al-Hikmah, pesantren di mana aku mondok selama 6 tahun. Mulai tahun 1980 - 1986.
Beliau mulai menggantikan posisi bapaknya, sebagai pengasuh pesantren tahun 1983, ketika adik-adiknya masih banyak yang kecil-kecil. Tiga orang masih SD; gus Miftah, Gus Arif dan Gus Karim, yang lainnya masih mondok dan kuliah. Seperti Gus Nasrul, Gus Muh dan Gus Dain serta Gus Nasir. Sedangkan Ning Lilik, baru selesai Wisuda S1 di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. beberapa jam sebelum kecelakaan maut menimpa Mbah kyai Badrus bersama Bu nyai dan kedua putranya. Seorang adik kyai Zaim yang sudah menikah baru satu orang, yaitu Gus Wahid (Abdul Wahid Badrus, Mantan Bupati Kabupaten Nganjuk). Dan itupun masih ikut mertuanya, tinggal di Baron Nganjuk, sampai sekarang. Sehingga secara praktis kyai Za'im yang masih sangat muda tersebut harus menanggung beban keluarga dan pesantren sekaligus seorang diri bersama Bu nyai Istibsyaroh. Pesantren dengan tiga lembaga pendidikan formal; MTSN, MAN dan MA Al Hikmah.
Pada masa peralihan pengasuh pesantren, aku lagi kelas 1 Aliyah (tiga setengah tahun mondok), sebagai mantan ketua umum OSIS MTSN, ketika itu aku sudah sangat populer di pondok dan dekat dengan Mbah kyai Badrus, sehingga ketika di MAN saya juga menjadi pengurus OSIS, sekretaris umum, pada tahun berikutnya pengurus pondok, bendahara umum. Sekaligus ketua umum ipka. Sehingga mungkin sedikit lebih mengenal sosok kyai hebat dan kyai sakti almarhum Al maghrullah KH. Za'imuddin Badrus. Yang sangat berjasa dalam penyelamatan pesantren Al-Hikmah dan keluarga besar KH. Badrus Sholeh Arif.
Saya baru mengerti dan memahami, betapa kyai Za'im adalah seorang leader dan seorang kyai yang hebat dan sakti setelah saya juga menjadi orang tua dan pengasuh pesantren.
Kyai Za'im ditinggal wafat sang ayah, saya yakin belum berusia 40 tahun. Dan 7orang adiknya belum ada yang mandiri. Tetapi semuanya bisa berakhir dengan sukses dan bahagia. Pesantren Al-hikmah menjadi lebih besar, dan ke 7 adiknya semua sukses menjadi kyai dan Bu nyai besar yang berpengaruh di masyarakat Kediri dan sekitarnya. Bahkan istri beliau berhasil menjadi Bu nyai yang menjadi guru besar (Prof.Dr. Dra. Hj. Istibsyaroh, MAg), di UIN Sunan Ampel Surabaya, juga pernah menjadi anggota DPR Pusat dan anggota MUI pusat. Sehingga saya yakin kesuksesan kesemuanya tadi tidak terlepas dari kehebatan dan kesaktian seorang pengasuh pesantren, seorang kakak dan seorang suami yang luar biasa. Betapa hebatnya seorang kakak pertama yang ditinggal mati oleh bapak dan ibunya sekaligus tanpa perencanaan. Betapa hebatnya seorang Gus yang ditinggal wafat pendiri dan pengasuh pesantren sebelumnya dengan tanpa persiapan yang matang. Betapa hebatnya seorang kyai yang selalu ditinggalkan oleh istrinya yang untuk menuntut ilmu, meniti karir dan berjuang di dunia akademik, politik dan kemasyarakatan. Semuanya berakhir dengan sukses dan Husnul khatimah... Selamat jalan kyaiku.....
Istana di Surga telah menantikan kehadiran panjenengan.
Do'aku senantiasa menyertai panjenengan.
Sangking Kulo,
Kharisudin Aqib, Kelutan.
Support Online
Comments[ 0 ]
Posting Komentar