KH.Abdullah Aqib Umar,
Sang Pejuang di Tiga Zaman
1910-2003
Masa kanak-kanak
Nama kecilnya adalah Ngakib ( ‘Aqib), dan sejak kecil sudah biasa dipanggil dengan mbah Ngakib. Nama Abdullah adalah nama hajinya, sedangkan Umar adalah nama bapaknya.Beliau adalah anak ke tujuh dari delapan bersaudara, putra KH.Umar Murtojo Kelutan dengan Nyai Siti Marhamah. Lahir di desa Kelutan-Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk Jawa Timur, pada tanggal 10 Januari 1910. Pada hari Rabo, Kliwon tahun wawu. Sebagai seorang Gus (putra Kiyahi ) yang cukup disegani di daerahnya. Beliau dilahirkan setelah ayahnya pulang dari menunaikan ibadah haji, dan ditinggal mati oleh sang ayah ketika dia berumur sekitar 3,5 tahun. Kakak –kakak beliau adalah: Siti Kapiyah, Abdul Basyar, Asro, Ibnu Hasyim, Rukanah, dan Rukayah. Sedangkan adiknya adalah Ngatiq ( ‘Atiq).
Kronologi Kehidupannya.
Lahir: di Kelutan , tanggal 10-Januari 1910.
Nasabnya yang dari bapak (KH.Umar Murtojo), terputus sampai dengan kakek (KH.Nurhasan, dari desa Logantung –Murisan, Dlanggu- Surakarta), karena Politik. Konon beliau adalah pengikut Pangeran Diponegoro. Sehingga putra-putranya (Mustopo, Murtojo dan Hasan Mimbar) menghilangkan jejak mengembara ke timur menelusuri pantai selatan pulau jawa, Dan sampai di Desa/kecamatan Binangun Blitar Selatan. Sedangkan dari Ibunya (Nyai Siti Marhamah), nasabnya sambung-menyambung sampai dengan Rasulullah, melalui Sayyidina Husain bin Ali ibn Abi Tholib, dan Sunan Giri, tokoh legendaris Walisongo.
Khitan: tahun 1923, khitan bersama dengan ponakannya kang Ngali (alm. KH.Ali Hasyim bin Siti Kapiyah) Mursyid Thoriqah Naqsyabandiyah di Punggur- Metro-Lampung Tengah.
Mondok atau Belajar: mulai tahun 1926 , setelah belajar al-Qur’an dan Kitab Safinatunnajah, di rumah /pondok sendiri . belajar berbagai kitab dan ilmu, sampai tahun 1940, di berbagai pondok pesantren Jawa Timur.
Kerja: Belajar kerja sepulang dari Pondok, ketika ikut saudaranya (pakde) H.Samhudi Lurah Semare -loceret-Nganjuk. dengan menjalankan dokar. Kemudian belajar kerja ketika ikut mertua di Tulung Agung dengan tebang, dan giling tebu. Bertani setelah pindah rumah ke Kelutan, kemudian berdagang sapi, dengan panduan mbah Sabil, sampai kemudian sukses. Dan kemudian terkena resesi /depaluasi mata uang sekitar tahun 58, sehingga menjadikan beliau jatuh ekonominya. Akhirnya menghantarkan beliau hijroh meninggalkan desanya sampai ke Sumatra. Di desa banjarsari Pring sewu- Sumatra Selatan.
Nikah: akhir tahun 1941, dengan seorang gadis cantik yang bernama Siti Marhamah (putri ke 6 dari 13 bersaudara, KH.Abdul Malik).Sumber Gempol-Tulung - Agung. Pernikahan ini diperantarai oleh temannya yang bernama Sholeh, dari mindi Kelutan, yang sudah lebih dahulu menjadi menantu KH.Abdul Malik, karena menikahi kakak perempuan Siti Marhamah (Siti Romelah).
Kakak dan adik Nyai Hj. Siti Marhamah; Subakir, Ma’ruf, Siti Romlah, Akhyar, Romadlon;
Adik-adiknya: Zulaikah, Basyar,Masfufah,Arif, Kasiyam, Hasyim, dan Hasanah.
Putra-Putri : dari pernikahannya dikarunia 10 orang Putra-putri, dan 21 cucu putra-putri.tercatat sampai dengan tahun 2013 awal.
1. Nur’aini (alm ), meninggal dunia di masa kanak-kanak. Sekitar kelas 1 atau 2, SD.
2. H. Ali Imron (SH.Al-Haj), menikah dengan Hj.Siti Mahmudah.mempunyai 4 anak.
3. Ali Ridlo (SPd.I), menikah dengan Hj.Siti Khodijah, mempunyai anak 4 orang.
4. Hj. Nihayah (Hj) menikah dengan Kiyai Abdillah Harun, dan mempunyai anak 3 orang.
5. H. Mudhofir ( M.Pd.I, al-Haj), menikah dengan Hj.Siti Koni’ah, mempunyai anak 3 orang.
6. Hj. Mahmudah, menikah dengan Ust Puguh, mempunyai anak 3 orang.
7. Muh.Ma’lum (alm)
8. Minni’matin Tujza.(alm)
9. Kharisudin, (Dr.Kiyahi al-Haj), menikah dengan Ninik Nurbani dan mempunyai anak 4 orang.
10. Fauzan Adhim (alm)
Profil dan Kepribadian
Imannya kuat, keyakinan dan komitmennya sangat tinggi, sehingga siap berjuang mempertahankan agama dan Negaranya, sebagai komandan tentara sabilillah, dan komandan Banser. Semenjak zaman Jepang sampai dengan zaman revolusi.
Tawakkal nya tinggi, sebagai contoh kehidupannya yang tanpa pekerjaan dan profesi yang jelas,dilaluinya dengan, pindah rumah dari Sumbergempol ke kelutan belum punya pekerjaan. Hijroh ke Sumatra dengan membawa 4 anak, tanpa kejelasan status dan pekerjaan.
Pemberani, dalam menegakkan kebenaran sebagai komandan sabilillah , banser maupun sebagai tokoh masyarakat, beliau sangat pemberani. Siapapun bisa dilawan kalau memang salah. Pernah menyidang Muspika dan bahkan memukul camat dan kapolsek Ngronggot di ruang sidang, sampai terkelupas kulit kepala Camat ‘ Yuswandi”. Gara-gara pihak pemerintahan desa kelutan melakukan kecurangan dalam lelang tanah benkok dalam mengikuti ‘program; pki.
Dermawan, kedermawanannya disepakati oleh semua orang yang mengenalnya atau masyarakat di sekitarnya , sebagaimana sifat pemberaninya. Tidak ada orang yang meragukan atau tidak sepakat atas sifat beliau yang dua ini . Kuat memegang syari’at. Badannya tinggi, tegap dan tegas tetapi lembut hati. Kulitnya sawo matang, rambut lurus dan hidungnya mancung.
Riwayat Pendidikan
Di Rumah; 1910 - 1923, ngaji di pondok sendiri, masa K.Abdul Basyar (kakak laki-lakinya yang pertama).
Di Mberuk :1923-1924, pondoknya kakeknya, Mbah Imam Ahmad.
Di Mindi : 1924-1926, di masa mbah Kiyahi Misri, di waktu Kyai Nawawi Misri menikah, Mbah Ngakib sebagai pengarihnya.
Di Gurah-Kediri : 1926-1927, Pondok Kapu Gurah-Kediri.
Di Brodot-Perak : 0,5 tahun (1927). Di pondok semelo , masa Mbah K.Umar Zaid.
Di Banjarsari-Ngronggot: 1927-1930. Mbah Kiyahi Ishaq.
Di Tebu Ireng-Jombang: 1930-1932, KH. Hasyim Asy’ari, waktu masih kecilnya K.Wahid Hasyim (belajar main kartu dengan beliau), setiap kali para santri formal masuk kelas. Ilmu main Remi dan domino ternyata menjadi ilmu yang barokah. Karena dengan ilmu tersebut, Mbah Ngakib berhasil mengajak masyarakat satu desa (waktu beliau di perantauan di Sumatera).
Di Termas-Pacitan: 1932-1940, KH. Dimyati, dan berteman dekat dengan Kiyahi Abdul Hamid Pasuruan dan Mukti Ali (pernah menjadi Menag).menurut hitungan beliau di pondok termas 8 tahun. Dan diantara temannya seniornya adalah Kyai Muslih bin Abdurrahman (Mranggen Demak Jawa Tengah), dan diantara teman Yunior nya Kyai Zamroji Kencong Kepung Pare. XD
Di Mojosari-Nganjuk: 1941 (0,5 tahun) .mondok tabarruk pada Mbah kyai Mbah Kiyahi Zainuddin
Di Semare-Nganjuk: 1941 (0,5 tahun), ikut saudaranya (H.Samhudi, lurah semare), untuk belajar kerja.
Di Tulung Agung (Nikah) akhir tahun 1941. Nikah dengan Siti Marhamah, putri kyai Abdul Malik Al Haji, sang kyai Calak kondang.
Riwayat Perjuangan
(Tokoh pejuang di Tiga Zaman (Zaman Jepang, Agresi Belanda dan Pemberontakan PKI).
Aktif dalam perjuangan periapan kemerdekaan (zaman jepang), mempertahankan kemerdekan (zaman penyerangan sekutu 1945, agresi Belanda 1-2 tahun 1947-48) dan perjuangan revolusi (pengkhiyanatan PKI 1948, dan 1965). Perjuangan social keagamaan, sebagai kiyahi yang berjuang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, seperti ; pembangunan masjid, madrasah. Menjaga ketertiban masyarakat dll.
Perjuangan pereode pertama dimulai sebagai komandan tentara sabilillah dan aktif mulai zaman jepang, perang kemerdekaan , di antara para tokoh seniornya Mbah Kyai Harun (Kelutan), dan Mbah Ngabdil (Abdillah Mindi). Pada masa agresi Belanda I, dan II . Sebagai wakil komandan KH.Iskandar Amir. Kesakatuan Panji, Kompi Kiyai Iskandar, Batalyon 02-03 (Kholil Thohir), sekaligus komandan KODM (Komando Operasi Distrik Militer) Ngronggot. menjadi TNI tahun 1949 dengan pangkat Letnan. Pernah tertangkap tentara Jepang dan Belanda. mengordinir dan mengomando pasukan sabilillah ke Paraan Jawa Tengah untuk mengasma’kan Bambu Runcing, juga ke Surabaya (dalam peristiwa 10 november 1945).
Rumah beliau sebagai markas tentara Sabilillah yang selalu selamat dari serangan tembakan dan mortir Belanda pada zaman agresi. Demikian juga ketika menjadi komandan Banser, rumahnya sekaligus menjadi markas Banser. Dalam pengadaan persenjataan seringkali beliau membeli persenjataan dengan dana pribadi beliau.
Di antara para pasukan Sabilillah dan kemudian masuk ke dalam kesatuan militer, yang berada di bawah kepemimpinan nya yang berasal dari daerah Kelutan dan sekitarnya: bapak Tamamuddin, bapak Halimi bapak Sodin.
Karena Indonesia sudah merdeka dan Belanda sudah kembali, maka perjuangan kemerdekaan telah dianggap selesai, beliau kembali ke masyarakat dengan melanjutkan dagang sapi, sampai akhirnya harus hijroh ke Sumatra karena terkena dampak resesi ekonomi dan depaluasi mata uang.
Hijroh: Karena dampak resesi ekonomi, tahun 1956, sehingga perdagangan /bisnis Sapi yang ditekuninya bangkrut, maka beliau bersama istri dan empat anaknya (Ali Imron, Ali Ridlo, Nihayah dan Mudhofir), hijroh ke Sumatra Selatan. Di Desa Banjarsari- Kec.Metro, Sumatra Selatan. Di sini beliau bertani, dagang bamboo dan kayu, menjadi modin yang mengurusi masjid dan masyarakat. Sempat mengislamkan orang se kampong, peristiwa ini terjadi ketika sepasaran bayi anaknya yang bernama Mahmudah dan Mahmudah ini satu-satunya anak yang lahir di Sumatra. Kampung yang didiami namanya “ desa nglangkapan- mbangsongan” yang didiami masyarakat transmigram bedol desa dari blitar selatan, ‘segai transmigran orang-orang perusuh/ maling dll. Di tempat hijroh ini sampai dengan tahun 1961. Dengan ilmu main domino dan Remi, beliau berhasil menyantrikan orang sekampung. Karena taruhan. Mbah Ngakib dipaksa main kartu "aku mau ikut asal ada taruhannya, taruhannya; kalau aku kalah; rumah, bengkok dan masjid ku silahkan diambil, biar aku pulang ke Jawa. Tetapi kalau kalian yang kalah semua harus ikut aku menjalankan ibadah shalat". Dan Alhamdulillah, selama tujuh malam berturut-turut Mbah Ngakib tidak pernah kalah. Wal hasil semua penduduk desa itu: tua-muda dan laki-laki juga perempuan semuanya ikut belajar menjalankan ibadah shalat.
Kembali:Karena secara ekonomi dan kesejahteraan di tempat hijroh tidak ada perkembangan yang cukup berarti, maka saudara-saudara ibu siti Marhamah, khususnya pakde Romadlon prihatin dan kemudian diboyong pulang ke jawa lagi. Katanya Pakde Ndan “nek gak gelem mulih aku njegur segoro”. Tapi keluarga itu baru benar-benar boyongan pulang ke Jawa setelah dijemput oleh kakak ipar pak Romadlon (Pak Afandi), yang mendapat tugas dari pak Romadlon, langsung ketika datang dari Makassar (ujung pandang). Tokoh yang pernah mengunjungi di tempat hijroh ini adalah Pak Kyai Iskandar Amir, teman Yunior nya di pondok Tremas Pacitan, dan sekaligus atasannya.
Pereode kedua ditandai dengan perjuangan untuk menyelamatkan NKRI dari pengkhianatan PKI, dengan jabatan sebagai komandan banser Cabang Nganjuk , Sebagai Komandan Kompi, Regu Tempur. Aktif dalam melawan dan menumpas PKI, di Nganjuk dan sekitarnya,dan Trenggalek. Tokoh reformasi orde lama, juga tokoh senior Banser tahun 1964-67, sebagai wakil KH. Iskandar Amir Nganjuk. Dua kali di tahan oleh pemerintahan Orde Lama di Kertosono selama 21 hari, karena keberaniannya mendemo dengan menggerakkan massa ANSHOR, dan melukai Camat dan beberapa pejabat Desa dan Muspika –Ngronggot, dan ketika beberapa orang yang dianggap sebagai anak buahnya melakukan pembunuhan pimpinan PKI (Bondan) dan menjarah hartanya.
Di antara para pemuda Ansor yang mendampingi beliau; Janan, Rajak, (Kelutan), Munhamir, Daniel (Sekaran), Mad Bedak/ Abdul Malik, Safari (Mindi), Alek dan Nur Salim (santri dari luar Kelutan), Mad Syakur dan Abdul Jalil (Karangnongko).
Masa Tua: tetap sehat dan bugar . serta semangat dan sangat optimis. masa tua dipenuhi dengan ibadah-ibadah (solat dan wirid-wirid), sebagai guru spiritual generasi muda, motivator dan guru gemblengan kanuragan. Kata-kata hikmahnya dipegangi dan dihafal para murid dan masyarakatnya sampai sekarang. Panjangka ‘ramalannya’ kebanyakan benar-benar terjadi dan menjadi kenyataan.
Meninggal: Dini hari, Selasa pon, pk.04.15, tanggal 18 maret 2003, bertepatan dengan tanggal , 15 Muharrom 1424 H. mendapatkan gelar Doktor Honorist Causa (Dr.HC) bidang Pendidikan dari Global University
Ilmu, Hikmah dan Wirid-wiridnya
Ilmu yang banyak diijazahkan; hizib-hizib, khususnya hizib khofi. Ilmu Jal-jalut, do'a Nubuat dan ilmu gemblengan serta wirid-wirid praktis yang lain.
Pernyataan dan ungkapannya; Opo dapurmu sing ngganjar (untuk memotifasi amal sholih tidak harus menunggu bias ikhlas), kesuen dal (kalau tidak bisa dibina ya dibinasakan),
sing penting salat (hajat apa saja laksanakan solat, dan sholat tidak harus nunggu bisa khusyu’),
Sholat berjama’ah, ta’ziyah kematian, mensponsori infaq/shodaqah/jariah, sholat malam, menghadiri pengajian,
Menyusul,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Support Online
Semoga keturunan2 beliau selalu istiqomah di jalan Allah, aaamiin
BalasHapusSubhanallah
BalasHapusAl Fatihah kagem jenengan mbh🙏
BalasHapusSangat inspiratif dan patut menjadi suri tauladan, semoga apa yg pernah beliau lakukan menjadi jariyah yg tak terputus, alfaatihah
BalasHapusMugi perjuangan panjenengan sekluarga dados amal sholih sholihah, aamiin
BalasHapusPatut dicontoh amal perjuangan beliau sebagai sarana menuju keutamaan dan ridho Allah SWT.
BalasHapusNuwun pirso abah ipu kiai aqib meniko menopo kiai murtojo bin hasan muntoha binti linggar jati bin selo bin getas pendowo
BalasHapus